3 Animator asal Indonesia di Amerika
Sudah nonton Film Transformers Dark of The Moon ? Film yang Digarap dengan animasi 2D, 3D, dan Real D IMAX, gambar-gambar nya spektakuler. Sukses film robot ini bukan hanya hasil tangan dingin Michael Bay, tetapi juga kesuksesan para Animator Film HollyWood yaitu ILM (Industrial Light & Magic) -sebuah perusahaan visual ef fect yang didirikan oleh George Lucas.
Yang jelas, menyoal efek visual layar lebar, Hollywood memang jagonya. Dengan kemampuan teknologi yang dimiliki para pembuat film di sana, bisa dikatakan imajinasi i apa pun bisa diwujudkan secara visual. Kecanggihan efek visual pada film-film seperti Crouching Tiger Hidden Dragon, Hero, Kungfu Hustle, Shrek, Kungfu Panda, Harry Potter, dan banyak lainnya.
Tapi tahukah anda ternyata para Animator di Film Film tersebut ternyata salah satunya adalah Orang Indonesia
“Per tumbuhan studio animasi di Asia telah sangat besar. Ini menjadi peluang besar bagi para animator Indonesia untuk berkiprah. Bahkan dalam satu hingga dua tahun ke depan terbuka ratusan lowongan kerja di bidang ini. Jadi, siap siap untuk belajar dan raih kesempatan ini,“ kata Deswara Aulia, seorang animator dari Frameworks dalam sebuah seminar beberapa waktu lalu.
Kini berbagai sekolah animasi untuk mencetak animator andal banyak didirikan di Indonesia. Perkembangan dunia animasi memang telah jauh berubah dibandingkan 10 tahun lalu. Hal itu sejalan dengan perkembangan aplikasi komputer grafis yang disebut computer generated imagery (CGI).
Seorang animator, Andri Kharisma Putra, meyakini, kualitas teknis animasi Indonesia tidak kalah bagus. Namun, dia mengakui, animasi Indonesia masih perlu dukungan, bukan dari sisi teknis, melainkan dari sisi kesempatan dan kepercayaan untuk terus berkembang.
Lalu sebenarnya apa sih yang harus dipunyai seorang animator? Dibutuhkan kreativitas dalam hal ini. dunia animasi tidak melulu bergantung pada teknologi. “Ini menyangkut kreativitas. Dunia teknologi memang bergerak sangat cepat, tetapi itu juga harus dibarengi dengan berkembangnya daya kreasi. Itu yang menjadikannya bernilai lebih,“ katanya.
Berikut daftar Animator Indonesia yang tak kalah mutunya dengan Animator luar:
1.Griselda Sastrawinata
Perusahaan
Anda tahu film animasi Shrek? Ya, film produksi dari Hollywood ini melibatkan Griselda Sastrawinata, seorang animator asal Indonesia yang tinggal di California, Amerika. Ia berhasil membuat Karakter yang lucu lucu dalam kisah kehidupan si Ogre itu.
Ia bekerja untuk studio animasi terkenal Dreamwork. Perusahaan film animasi inilah yang sudah memproduksi berbagai film terkenal seperti Kungfu Panda, Madagascar, Monster Aliens, serta banyak yang terkenal lainnya.
Reputasi
Memutuskan pindah ke AS sejak dari Bangku kelas 2 SMA dan menamatkan SMA di sana, lalu ia melanjutkan ke Art Center College of Design di Pasadena, AS.
Selain bekerja di Dreamwork, Griselda juga mengajar ilmu komunikasi visual di kampus almamaternya.
Selain bekerja di Dreamwork, Griselda juga mengajar ilmu komunikasi visual di kampus almamaternya.
Rencana
Walaupun sudah merasa betah bekerja di DreamWork tetapi dia mengaku jika memang ada kesempatan dia akan pulang ke Indonesia untuk berkarya.
2.Christiawan Lie
Perusahaan
Desainer animator dari seorang mahasiswa asal Indonesia yang sedang magang di Perusahaan Komik Devil’s Due Publishing, Chicago, Amerika. Lebih dikenal dengan sapaan Chris Lie. Sekarang, Chris Lie terlibat dalam pembuatan animasi di beberapa film produksi Hollywood.
Sebut saja Transformers 3, GI Joe, hingga yang terbaru Spiderman 4. Bahkan,saat ini dia juga tengah merampungkan beberapa proyek gim, seperti Starwars dan Lord of the Rings.
Karyanya, Return to Labyrinth, diproduksi Tokyopop Los Angeles, kini menduduki peringkat keempat komik terlaris di Amerika setelah Naruto. Bahkan, dari sepuluh besar komik terlaris, Return to Labyrinth satu-satunya komik yang bukan terjemahan dari komik Jepang. “Itu asli karya saya,” ujarnya.
Reputasi
Menamatkan SMA di Solo, Christiawan Lie melanjutkan kuliah di Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung. Lulus kuliah pada 1997 dengan predikat cum laude, Chris Lie pun magangbekerja pada Nyoman Nuarta, pematung terkenal di Bandung. Ia pun ikut mengerjakan Monumen Garuda Wisnu Kencana, yang menjadi ikon pariwisata Bali dan Indonesia. Tapi dia lebih enjoy membuat komik, hingga dia banting setir menjadi Komikus.
Sempat memang di Jakarta International Art Festival pada 2001. dapat Hadiah berupa tiket penerbangan ke Singapura, hingga memunculkan niat Chris bekerja di negeri seberang. Beruntung di sana Chris mendapat hadiah Exhibition Designer dalam Parade Nasional Singapura. Dua tahun bekerja di Singapura, ia memenangi tiga kompetisi gambar dan ilustrasi.
Kemudian Chris mendapat beasiswa full bright untuk kuliah di jurusan sequential art (komik) di Savannah College of Art and Design, Amerika Serikat. Di Negeri Abang Sam, ia sempat magang kerja di perusahaan komik Devil’s Due Publishing, Chicago. Walau tiap hari kerjaannya cuma memindai gambar serta menstempel dan mengirim surat, Chris tetap tabah. “Yang penting saya bisa lihat gambar bagus-bagus,” katanya.
Keberuntungan Chris Lie datang juga ketika Devil’s Due mendapat proyek GI Joe dari Hasbro, perusahaan raksasa mainan anak-anak di Amerika Serikat. Chris diminta ikut menggambar sosok GI Joe yang lebih muda dan trendi. Ia pun menciptakan sosok GI Joe bertubuh besar tapi dengan bagian kaki mengecil, dan ternyata itulah yang dipilih Hasbro.
Sejak itu ia dipercaya menggarap proyek-proyek Devil’s Due sembari menyelesaikan kuliahnya di Savannah–karena proyek Devil’s Due bisa dikerjakan di mana saja.
Rampung kuliah dengan menyabet excelsus laureate– predikat lulusan terbaik universitas untuk jenjang master–Chris Lie pulang ke Tanah Air. Lalu ia mendirikan Caravan Studio di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Dengan mempekerjakan enam komikus dari beberapa daerah, Caravan telah menciptakan puluhan komik. Dari tangannya sendiri tercipta beberapa komik, di antaranya GI Joe, Transformers, dan Dungeons and Dragons Eberron.
Tantangan
Setiap karya Chris Lie dihargai paling murah US$ 60 per halaman. Jika penggarapannya rumit, harganya bisa naik. Caravan telah mampu mengerjakan pencil, inking, dan colouring. Saat ini 95 persen permintaan yang masuk ke Caravan berasal dari Amerika, sisanya dari dalam negeri.
Di Indonesia, menurut Chris Lie, perkembangan komik kurang maju. Kekurangan komik Indonesia, kata dia, terletak pada penulisan cerita. Padahal kekuatan komik ada pada gambar dan penulisan cerita. “Kalau gambar, orang Indonesia jago-jago,” ujarnya.
Dengan menekuni komik, Chris Lie telah membuktikan bisa hidup layak, tidak seperti dulu ketika di Bandung. Ia pun berharap komikus dapat hidup sejahtera tanpa harus nyambi di luar membuat komik. Ia juga menyarankan komikus pemula tak malu mempublikasikan karyanya. “Tampilkan saja di situs dunia maya,” ujarnya.
3.Andre Surya
Perusahaan
Nama Andre muncul di kredit film Iron Man, Star Trek, Terminator Salvation, Transformers: Revenge of the Fallen, dan Iron Man 2, sebagai digital artist. Dia juga terlibat dalam pengerjaan film Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull, Surrogates, juga Transformers: Revenge of the Fallen.
Pria kelahiran Jakarta, 1 Oktober 1984 ini adalah satu satunya digital artist asal Indonesia di divisi Industrial Light and Magic (ILM) Lucas Film Singapore. Lucas Film sendiri adalah salah satu production company tersukses di dunia, yang didirikan tahun 1971 oleh George Lucas, sutradara Star Wars.
Reputasi
Lahir di Jakarta, 1 Oktober 1984, Andre adalah satu-satunya digital artist asal Indonesia. Ia bernaung di divisi Industrial Light and Magic (ILM) Lucasfilm Singapore. Lucasfilm merupakan salah satu production company tersukses di dunia, yang didirikan tahun 1971 oleh George Lucas, sutradara Star Wars.
Sejak kecil ia sudah tertarik pada visualisasi tiga dimensi. Selepas SMA, lajang berusia 26 tahun itu mengambil studi di Jurusan Desain Komunikasi Visual Univeritas Tarumanagara, Jakarta. Sempat bekerja di Polaris 3 D, sebuah perusahaan advertising and architectural visualization di Jakarta, ia kemudian terbang ke Kanada mengambil diploma di Film and Special Effects di Vanarts, sebuah sekolah film di Vancouver.
Tapi, sebagian besar pengetahuan dan keterampilan 3D justru ia pelajari tanpa training dan sekolah formal. Ia menekuni Computer Graphic sejak kelas 1 SMA. “Saya suka banget mengerjakan 3D dan saya juga dari dulu memang ingin bekerja di industri film.
Andre sempat beberapa kali mengantongi penghargaan lokal dan internasional. Gambarnya yang berjudul Somewhere in the Sky pernah ditampilkan di CGOVERDRIVE, konferensi Computer Graphic terbesar di Asia. Gambar itu juga memenangkan Excellence Award di buku Elemental 2 terbitan Ballistic Publishing dan Best Artwork Awards di Indocg Showoff Book, sebuah buku kumpulan CG art Indonesia.
Karya lainnya, City of Enhasa, juga meraih juara satu di Future World Contest di www.3dkingdom.org Iron Man adalah film pertama yang ia kerjakan. Setelah itu, ia terlibat dalam penggarapan sejumlah judul film seperti Star Trek, Terminator Salvation, Transformers: Revenge of the Fallen, dan Iron Man 2.. Ia juga ikut menggarap Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull, Surrogates, dan Transformers: Revenge of the Fallen.
Harapan
Menurut Andre, 3D sedang menjadi trend di industri film dunia. Ia menaksir tren itu akan terus bertahan hingga sepuluh tahun ke depan. Realita itulah yang mesti diantisipasi para pelaku industri film di tanah air.
Menurut Andre, ada beberapa orang Indonesia yang sangat berbakat dan punya skill bertaraf International. Saat ini mereka rata-rata bekerja di perusahaan-perusahaan besar di bidang 3D di luar negeri. “Kalau saja mereka balik ke Indonesia dan membuka satu perusahaan dengan kualitas standard International, saya rasa sangat memungkinkan bila Indonesia menghasilkan film-film dengan kualitas standard International,” katanya.
Sumber:http://asrul.blogdetik.com
0 komentar:
Posting Komentar